top of page
  • Writer's pictureWOW Ministry

LELAH HANYA KARENA MEMIKIRKAN ADVEN? MELAMBATLAH DAN NIKMATILAH KRISTUS

ADAM RAMSEY


Diterjemahkan oleh Margie Yang (@margieyang)



Masa Natal membawa perasaan yang begitu menggairahkan karena mengetahui sesuatu yang luar biasa akan datang. Dapatkah Anda merasakannya?


Seperti sebuah suara yang samar di kejauhan datang makin dekat. Seperti menunggu di bandara untuk kembali berjumpa dengan orang-orang yang kita kasihi, melihat mereka muncul dari dalam terminal. Seperti momen tepat sebelum matahari mengintip dari garis cakrawala. Seperti sebuah janji yang akan segera diwujudkan. Sesuatu yang luar biasa akan datang. Frederick Buechner menulis,


“Untuk sesaat Anda menangkap aroma samar wewangian di udara yang mengingatkan Anda tentang tempat yang belum pernah Anda kunjungi dan sebuah waktu yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Anda mendengar detak jantung Anda sendiri terpacu. Hal yang luar biasa yang akan segera terjadi tersaingi hanya oleh momen luar biasa tepat sebelum hal itu terjadi. Adven adalah nama dari momen itu.”


Adven. Artinya sesuatu yang luar biasa akan datang.


Waktu untuk Melambat

Minggu ini adalah permulaan Adven, sebuah masa dalam kalender liturgi yang memulai tahun yang baru di Minggu keempat sebelum Natal. Adven adalah waktu untuk menyiapkan hati kita untuk menghargai Kristus. Namun, di tengah semua kekacauan akhir tahun yang padat, mudah sekali untuk melewatkan momen penantian yang sangat berharga ini. Banyak dari kita mengetahui dengan sangat baik bagaimana rasanya melewati bulan Desember begitu saja–bagaimana rasanya berdiri tepat di pagi hari Natal sebagai korban era konsumerisme yang sudah kelelahan.


Bereaksi. Mengatur. Belanja. Merencanakan. Membungkus. Mengatur keuangan. Stres. Makan. Makan karena stres.


Maka saya menulis untuk mereka yang, mirip dengan saya, butuh melambat dan merangkul syair lagu Natal yang sering dinyanyikan, tetapi juga sering dilewatkan, “Di hatimu terimalah.”


Masa untuk Mengingat

Kala kita mengingat janji-janji Allah yang digenapi pada Natal, kita sedang diingatkan tentang bagaimana inkarnasi Kristus mengguncang dunia dengan sangat hebat. Makna dari Natal jauh lebih dalam daripada tradisi keluarga, lampu-lampu yang cantik, dan kesempatan untuk membeli lagi stok kaus kaki yang sudah habis.


Natal artinya revolusi. Natal artinya mukjizat. Natal artinya Allah telah datang untuk kita.

Raja surga menukarkan takhta-Nya untuk sebuah palungan.

Sang Mahakuasa membebat Diri-Nya dengan kerapuhan.

Sang Pencipta masuk ke dalam ciptaan-Nya sendiri.

Sang Penulis menaruh Diri-Nya dalam halaman tulisan.

Sang Tak Terbatas menjadi seorang bayi.

Sang Pemberi menjadi pemberian itu sendiri.


Yesus hadir sebagai Imanuel–Allah menyertai kita. Augustinus pernah berkata, “Ia tercipta dari seorang ibu yang Ia ciptakan. Ia digendong oleh tangan-tangan yang Ia bentuk.” Merenungkan bagaimana Allah mendekatkan Diri akan memperdalam kerinduan untuk mengikuti Dia.


Masa Penuh Antisipasi

Ada sesuatu dalam perayaan Adven yang membangkitkan bukan hanya peringatan penuh sukacita akan kedatangan Kristus yang pertama, tetapi juga hasrat yang dalam akan kedatangan-Nya yang kedua (Wahyu 22:20). Dalam berbagai cara, gereja zaman ini berada dalam posisi yang serupa dengan posisi umat Allah yang hidup di akhir masa Perjanjian Lama–terpinggirkan dalam pembuangan, berharap dalam kegelapan, menanti dalam keheningan akan hari ketika Kristus datang kembali untuk, menggunakan kata-kata Tolkien, membuat “semua hal menyedihkan tak lagi benar.”


Seperti seorang anak di Malam Natal yang terjebak dalam kenangan-kenangan penuh suka dari Natal yang telah berlalu sementara menunggu dengan antisipasi yang begitu menggebu akan Natal yang akan segera datang, begitulah kehidupan umat Allah. Kita sedang hidup di antara Haleluya akan kebangkitan Kristus dan Maranata akan kedatangan Kristus kembali. Dan di sini–dalam penantian akan Adven–umat Allah menemukan jenis sukacita yang unik yang hanya dapat dicicipi melalui lensa antisipasi yang penuh dengan penyembahan. Timothy Paul Jones menggambarkannya dengan baik:


“Melalui Adven, umat Kristiani merangkul rintihan, mengenalinya bukan sebagai keluhan penuh keputusasaan akan kekurangan pada momen saat ini, tetapi sebagai kerinduan yang penuh pengharapan akan jamuan ilahi yang Yesus siapkan bagi kita … Sama seperti Israel zaman dahulu menantikan kedatangan Mesias dalam daging, kita menantikan kedatangan Mesias dalam kemuliaan. Melalui Adven, para umat percaya mengaku bahwa bayi yang menarik napas pertamanya dengan susah payah di antara lutut anak dara itu belum menyatakan kata-kata terakhir-Nya.”


Adven adalah sebuah cara untuk mengingat bahwa kita adalah musafir yang dalam perjalanan; bahwa kehancuran dunia saat ini tidak akan terjadi terus-menerus; bahwa Sang Raja yang sejati sungguh akan segera datang.


Di Hatimu Terimalah

Seperti banyak hal lainnya, pada umumnya bagian tersulit adalah mengetahui di mana harus memulai. Berikut ini adalah beberapa bahan yang dapat membantu para pembaca melambat setiap hari dan memumpuk antisipasi penuh penyembahan melewati masa Adven. Bagi keluarga, merayakan Adven bersama-sama dapat menjadi waktu yang sempurna untuk mengobarkan api dari renungan keluarga, atau menyalakan api itu untuk pertama kalinya.


Bulan Desember akan menjadi waktu yang sibuk. Namun, Desember tidak harus menjadi bulan yang berlalu begitu saja. Mari kita mulai menyiapkan ruang dalam hati kita di masa Adven ini untuk menerima Imanuel–Allah menyertai kita.


Bahan Adven

  • Individu: Come Let Us Adore Him: A Daily Advent Devotional oleh Paul Tripp

  • Keluarga: A Jesus Christmas: Explore God’s Amazing Plan for Christmas oleh Barbara Reaoch


37 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page