RACHEL WILHELM
Sumber: desiringgod.org
Diterjemahkan oleh Margie Yang (@margieyang)
Meratap mengekspresikan duka kepada Allah dan mengajukan banyak pertanyaan sulit dalam menghadapi pencobaan. Banyak pahlawan Alkitab yang luar biasa pun meratap. Beberapa meratap secara terbuka, beberapa secara pribadi. Ratapan ada di dalam Alkitab, tetapi hilang dari ibadah saat ini. Saya menduga, ketika gereja-gereja beralih dari tatanan yang lebih tradisional pada yang kontemporer, beberapa bagian dari ibadah juga dikesampingkan untuk menciptakan pengalaman yang lebih bersemangat. Masalah sudah ada selama satu pekan. Hari Minggu dikhususkan untuk melepaskan semua masalah. Sesungguhnya, ratapan memiliki tempat yang penting dalam ibadah dan kita perlu membawanya kembali. Berikut ini beberapa alasan mengapa ratapan perlu dibawa kembali dalam ibadah.
1. Untuk saling menanggung beban. Galatia 6:2 berkata dengan jelas, “Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kami memenuhi hukum Kristus.” Semua orang menanggung beban dalam berbagai bentuk, walaupun mungkin kita tidak merasa sedang berbeban saat ini. Saya dapat menjamin bahwa ada banyak saudara dan saudari di gereja kita yang berbeban berat dan butuh dikuatkan, didukung dengan nyanyian dan dibawa kepada Allah dalam ibadah korporat. Ini adalah bagian dari mengasihi sesama. Membuat permohonan korporat kepada Tuhan adalah salah satu hal yang seharusnya kita lakukan di gereja bagi sesama kita, jika bukan bagi diri kita sendiri.
2. Untuk dihibur. Siapa penghibur kita kalau bukan Tuhan? Teman-teman Ayub adalah teman-teman yang buruk (Ayub 16:1-2). Ketika Allah sendiri hadir barulah Ayub menerima pembelaan dan penghiburan yang ia rindukan. Kitab Mazmur penuh dengan pencarian penghiburan dalam ratapan (Mazmur 3, 4, 10, 16, 17…). Bagian dari saling menanggung bebas adalah menghibur mereka yang menderita. Sebagai tubuh Kristus, menyanyi bersama dan memohon penghiburan dari Tuhan dalam penderitaan dapat mengarahkan mereka yang menderita pada arah yang benar. Benarlah perkataan ini, “Yang susah suka ditemani.” Perasaan tidak seorang diri dalam penderitaan adalah pembangun semangat yang luar biasa.
3. Untuk menjadi rapuh dan mengalami keintiman dengan Allah. Sebagian dari kita membutuhkan sedikit bantuan untuk mengarahkan permohonan dalam cara yang sehat dan jujur. Nyanyian ratapan dapat menjadi alat untuk membuka pintu itu. Ketika kata-kata gagal terucap dari mulut seseorang yang menderita, ratapan dari kitab suci menawarkan firman Allah sebagai kata-kata mereka. Apa yang bisa menjadi contoh ratapan yang lebih baik daripada Alkitab sendiri? Kebenaran firman Allah dapat memimpin kita untuk menjadi jujur dengan diri sendiri, yaitu saat kita tahu bahwa kita boleh bertanya, ragu, takut, menunjukkan kemarahan dan penderitaan itu–semua ada dalam kuasa Tuhan. Kita melayani Allah yang kesukaan-Nya adalah mendengarkan kita, dan pada giliran-Nya, berbicara kepada kita melalui firman-Nya.
4. Untuk mengenal karakter Yesus, Seseorang yang penuh kesengsaraan. Seperti dikatakan dalam Yesaya 53:3, “Ia…seseorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan.” Yesus mengalami semua hal yang kita alami, tetapi Dia mengalaminya dengan sempurna. Ketika kita diberi kesempatan untuk meratap seperti Dia pernah meratap dan menderita untuk dapat merasakan yang dirasakan sesama kita dalam dunia yang rusak ini maka hati kita dibentuk makin serupa gambar-Nya oleh kuasa Roh Kudus. Keindahan kemanusiaan Yesus adalah bahwa Dia dapat merasakan yang kita rasakan. Meneladani hidup-Nya, pada waktu yang diberikan pada kita, artinya biasa menderita kesakitan untuk kebaikan orang lain dan untuk pengudusan kita sendiri.
5. Untuk menjadi jujur dan mengakui dosa-dosa kita kepada Allah. Sebagian dari alasan kita meratap adalah karena perbuatan kita sendiri. Daud meratap dan memohon kepada Allah karena dosanya dengan Batsyeba. Dalam Mazmur 51, dia mendesak Tuhan untuk menyucikan dan membersihkan dia agar dia dapat bersukacita kembali. Keberdosaan kita dapat menghalangi kita menjadi jujur dengan diri sendiri, Allah dan orang lain. Ratapan dalam ibadah dapat memberikan kesempatan untuk berefleksi dalam cara yang indah dan menaruh hati kita pada permohonan yang dinyanyikan. Bahkan Daud berkata dalam Mazmur 32:3, “Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari.”
6. Untuk menyembuhkan. Ratapan dapat membawa kesembuhan jika kita membiarkan Allah masuk dalam relung hati kita yang terdalam. Kita hanya bisa benar-benar bebas ketika kita jujur dengan diri sendiri, Allah dan komunitas kita. Kita memiliki banyak keterbatasan. Itu sebabnya, dengan kerendahan hati kita membutuhkan Tuhan untuk membebat luka-luka kita dan memintanya untuk menyembuhkan. Ketika kita menyanyikan ratapan secara korporat, kita menciptakan ruang bagi semua orang untuk mengizinkan Allah melakukan pekerjaan-Nya yang ajaib.
7. Untuk mengingat kebaikan Allah. Ketika kita sampai pada ketidakberdayaan dan kita berbalik pada ratapan maka kita, seperti Daud, belajar mengenang dan mengingatkan Tuhan akan janji dan kebaikan-Nya kepada kita. Dia tidak akan mengingkari semua janji-Nya dan Dia tidak ada berhenti menjadi baik. Karena itu, kita yang sedang dihantui keputusasaan berusaha bergantung pada kebenaran itu untuk meneguhkan hati kita. Mazmur 13:6 adalah contoh yang baik akan pergeseran dari keluhan menjadi percaya: “Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk Tuhan, karena Ia telah berbuat baik kepadaku.”
8. Untuk memulihkan sukacita. Kita tidak bisa mendapatkan sukacita tanpa Allah (Pengkhotbah 2:23-26), karena hidup di bumi ini penuh susah payah dan kesulitan, dan tanpa Dia semuanya sia-sia. Yesus merangkum hal ini dengan indah: “Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu” (Yohanes 16:22). Yesus mengatakan ini sebelum penyaliban-Nya untuk menghibur hati murid-murid-Nya. Dalam ratapan, sukacita sejati ditemukan ketika memahami bahwa Yesus telah menang atas dunia yang rusak ini dan penderitaan kita hanyalah sementara. Untuk sekarang ini, tanpa penderitaan sejati, sukacita tidak dapat berada di tempat yang tepat. Tanpa kedalaman penderitaan, kebangkitan-Nya terasa kurang kemenangannya.
Ratapan memiliki kuasa untuk membentuk kita dalam gambar Allah. Sebagai Tubuh Kristus, ratapan dapat membuka kesempatan untuk disatukan erat sebagai mempelai Kristus dalam ibadah korporat. Ratapan bersama dalam ibadah menjadi sebuah tindakan menantikan Tuhan dengan penuh kesabaran di tengah penderitaan kita: “…tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita. Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun” (Roma 8:19-26).
留言